LPKNM.com - Mojokerto. Ribuan keluarga di lima dusun di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto sejak setahun terakhir tak lagi bisa menikmati segarnya air bersih. Rasa, warna, dan bau air sumur warga berubah menjadi tak layak konsumsi.
Beberapa penyakit aneh pun mulai bermunculan menyerang warga. Diduga air sumur ribuan keluarga di Desa Lakardowo tersebut tercemar limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari sebuah pabrik pengolahan limbah yang berdiri di desa tersebut.
Salah satu kampung yang air sumurnya tak layak konsumsi adalah Dusun Kedung Palang. Warga setempat, Muhammad Yasin (44) menjelaskan, sejak setahun lalu air sumur di rumahnya berubah warna menjadi kekuning-kiningan, berbau busuk, dan terasa getir. Perubahan itu juga terjadi di sumur warga lainnya di kampung yang dihuni 300 keluarga itu.
"Air sumur kami warnanya berubah dari jernih menjadi kekuning-kuningan, ada yang kecoklat-coklatan, terdapat endapan warna hitam. Baunya menyengat. Kalau diminum rasanya sudah tidak tawar lagi, ada rasa getir," kata Yasin kepada wartawan sembari menunjukkan air sumur miliknya..
Menurut Yasin, perubahan air sumur warga itu terjadi sejak setahun lalu. Yakni sejak berdirinya pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Lakardowo, PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA). Pabrik yang berjarak sekitar 250 meter dari Dusun Kedung Palang itu mengolah berbagai jenis limbah B3. Mulai dari limbah pabrik kertas, limbah kimia cair, limbah batu bara, hingga limbah medis.
"Rusaknya air sumur warga akibat pencemaran PT PRIA. Limbah B3 dari pabrik-pabrik lain dikubur dalam lubang sedalam 10-15 meter. Itu yang meresap ke air sumur dan sawah warga. Karena sebelum ada pabrik ini, air sumur warga normal. Warnanya jernih dan tidak berbau," ungkapnya.
Selain Kedung Palang, lanjut Yasin, air sumur di empat dusun lainnya di Desa Lakardowo juga mengalami hal serupa. Yakni Dusun Sambigembol, Kedung Bulu, Sumber Wuluh, dan Lakardowo. Maklum saja, keempat kampung yang dihuni ribuan keluarga itu berjarak sekitar 300 meter dari pabrik pengolahan limbah B3 tersebut.
Tak hanya membuat air sumur warga tak layak untuk dikonsumsi, pencemaran yang diduga berasal dari PT PRIA itu juga membuat beberapa penyakit aneh menyerang warga. Mulai dari gatal-gatal dan bengkak pada kaki, mendadak lumpuh, hingga sakit-sakit pada persendian tubuh.
"Masuk musim hujan begini banyak warga sini yang kakinya bengkak dan gatal-gatal usai menggarap sawah. Karena limbah pabrik yang tumpah ke sawah warga. Dulu tidak ada seperti itu," imbuh Yasin.
Seperti yang dirasakan Muhammad Wahyu Zakariya (9). Bocah kelas 3 sekolah dasar ini mendadak tak bisa berjalan. Untuk aktivitas sehari-hari, Wahyu harus memakai alat bantu jalan.
"Sakitnya sejak 4 bulan lalu. Persendian tangan dan kaki sakit semua," ujar anak pertama Yasin ini tertunduk menahan air mata sebab tak bisa berjalan normal seperti anak seusianya.
Dampak tercemarnya air sumur oleh limbah B3 itu juga dirasakan Sulastri (36). Ibu rumah tangga warga Dusun Kedung Palang ini terpaksa membeli air isi ulang untuk masak dan minum keluarganya.
"Untuk masak dan minum beli air galon (air isi ulang). Kalau memakai air sumur hanya untuk mandi dan mencuci baju. Takutnya nanti kena penyakit, soalnya air sumur sudah berubah begitu," tuturnya.
Warga berharap kepada pemerintah agar segera turun tangan untuk menutup pabrik pengolah limbah B3. "Harapan kami agar pabrik limbah segera ditutup. Limbah yang ditanam di dalam tanah segera digali kembali dan dibuang ke tempat lain," tandasnya.