LPKNM.com - Surabaya. Sebagai Kota Metropolitan, cukup mengherankan ternyata rumah sakit-rumah sakit (RS) di Surabaya tidak memiliki unit atau instalasi khusus yang mengolah limbah medis.
Selama ini, limbah berbahaya tersebut hanya ditangani secara manual. Padahal, ada ratusan RS, klinik, dan puskesmas yang tersebar di kota ini, tentu menghasilkan banyak sampah medis setiap harinya.
Tentu hal ini akan menjadi masalah serius bila tidak segera ditangani. Kesehatan masyarakat kota ini akan menjadi taruhannya. Apalagi, semakin hari semakin menumpuk limbah berbahaya tersebut.
"Bagaimana mungkin Surabaya yang menjadi rujukan banyak rumah sakit dari berbagai daerah di Indonesia malah tidak punya pengolahan limbah medis sendiri," kata Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Ratih Retnowati.
Selama ini, kata Ratih, limbah medis tersebut ditangani oleh pihak swasta dengan ala kadarnya. Tidak ada jaminan bahwa mereka melakukannya dengan terstandarisasi. Mereka juga tak mendapat pengawasan.
Karena itu, politisi Partai Demokrat ini mendesak agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya segera memiliki instalasi pengolah limbah medis sendiri. Tidak menggantungkan pada pihak swasta atau RS-RS untuk menangani sendiri tanpa terstandarisasi, terutama bagi kesehatan lingkungan.
Ratih juga mendesak agar sejumlah RS di Surabaya juga tidak membuang limbah medisnya secara sembarangan.
"Saat ini tak ada instalasi khusus yang menangani limbah medis untuk seluruh rumah sakit di Surabaya," tandas Ratih.
Menurut Ratih, Surabaya harus segera memiliki instalasi khusus untuk mengolah limbah medis tersebut. Kata Ratih, banyak laporan bahwa selama ini limbah medis dari sejumlah RS di Surabaya tidak dilebur dan dimusnahkan di Surabaya.
Limbah-limbah medis tersebut, menurut laporan itu, diangkut dan dibuang ke luar wilayah Surabaya dan Jatim.
Bahkan, kata Ratih, banyak laporan yang mengungkap bahwa limbah-limbah medis itu dibuang di sungai.
"Jangan kemudian sungai-sungai itu menjadi tempat pembuangan limbah medis. Sungai Brantas itu menjadi tempat paling potensial untuk pembuangan limbah-limbah, termasuk limbah medis," kata Ratih.
Selama ini, limbah berbahaya tersebut hanya ditangani secara manual. Padahal, ada ratusan RS, klinik, dan puskesmas yang tersebar di kota ini, tentu menghasilkan banyak sampah medis setiap harinya.
Tentu hal ini akan menjadi masalah serius bila tidak segera ditangani. Kesehatan masyarakat kota ini akan menjadi taruhannya. Apalagi, semakin hari semakin menumpuk limbah berbahaya tersebut.
"Bagaimana mungkin Surabaya yang menjadi rujukan banyak rumah sakit dari berbagai daerah di Indonesia malah tidak punya pengolahan limbah medis sendiri," kata Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Ratih Retnowati.
Selama ini, kata Ratih, limbah medis tersebut ditangani oleh pihak swasta dengan ala kadarnya. Tidak ada jaminan bahwa mereka melakukannya dengan terstandarisasi. Mereka juga tak mendapat pengawasan.
Karena itu, politisi Partai Demokrat ini mendesak agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya segera memiliki instalasi pengolah limbah medis sendiri. Tidak menggantungkan pada pihak swasta atau RS-RS untuk menangani sendiri tanpa terstandarisasi, terutama bagi kesehatan lingkungan.
Ratih juga mendesak agar sejumlah RS di Surabaya juga tidak membuang limbah medisnya secara sembarangan.
"Saat ini tak ada instalasi khusus yang menangani limbah medis untuk seluruh rumah sakit di Surabaya," tandas Ratih.
Menurut Ratih, Surabaya harus segera memiliki instalasi khusus untuk mengolah limbah medis tersebut. Kata Ratih, banyak laporan bahwa selama ini limbah medis dari sejumlah RS di Surabaya tidak dilebur dan dimusnahkan di Surabaya.
Limbah-limbah medis tersebut, menurut laporan itu, diangkut dan dibuang ke luar wilayah Surabaya dan Jatim.
Bahkan, kata Ratih, banyak laporan yang mengungkap bahwa limbah-limbah medis itu dibuang di sungai.
"Jangan kemudian sungai-sungai itu menjadi tempat pembuangan limbah medis. Sungai Brantas itu menjadi tempat paling potensial untuk pembuangan limbah-limbah, termasuk limbah medis," kata Ratih.